Para
ulama awal yang berdakwah di Sumatera dan Jawa melahirkan kader-kader dakwah
yang terus menerus mengalir. Islam masuk ke Kalimantan atau yang
lebih dikenal dengan Borneo kala itu. Di pulau ini, ajaran Islam masuk dari dua
pintu.
Jalur pertama yang membawa Islam masuk ke tanah Borneo adalah jalur Malaka yang
dikenal sebagai Kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke
tangan penjajah Portugis. . .
. . kian membuat dakwah semakin menyebar. Para
mubaligh-mubaligh dan komunitas Islam kebanyakan mendiami pesisir Barat
Kalimantan.Jalur lain yang digunakan menyebarkan dakwah Islam adalah para mubaligh yang
dikirim dari Tanah Jawa. Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini menemui puncaknya
saat Kerajaan Demak berdiri. Demak mengirimkan banyak mubaligh ke negeri ini.
Perjalanan dakwah pula yang akhirnya melahirkan Kerajaan Islam Banjar dengan
ulama-ulamanya yang besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad al
Banjari.
Di Kalimantan Selatan terutama sejak abad ke-14 sampai awal abad ke-16 yakni
sebelum terbentuknya Kerajaan Banjar yang berorientasikan Islam, telah terjadi
proses pembentukan negara dalam dua fase. Fase pertama yang disebut Negara Suku
(etnic state) yang diwakili oleh Negara Nan Sarunai milik orang Maanyan. Fase kedua adalah negara awal (early
state) yang diwakili oleh Negara Dipa dan Negara Daha.Terbentuknya Negara Dipa dan Negara Daha menandai
zaman klasik di Kalimantan Selatan. Negara Daha akhirnya lenyap seiring dengan
terjadinya pergolakan istana, sementara lslam mulai masuk dan berkembang
disamping kepercayaan lama. Zaman Baru ditandai dengan lenyapnya Kerajaan
Negara Daha beralih ke periode negara kerajaan (kingdom state) dengan lahirnya
kerajaan baru, yaitu Kerajaan Banjar pada tahun 1526 yang menjadikan Islam
sebagai dasar dan agama resmi kerajaan.
Zaman keemasan Kerajaan Banjar terjadi pada abad ke-17 hingga abad ke-18. Pada
masa itu terjadi puncak perkembangan Islam di Kalimantan Selatan sebagaimana
ditandai oleh lahirnya Ulama-ulama Urang Banjar yang terkenal dan hasil karya
tulisnya menjadi bahan bacaan dan rujukan di berbagai negara, antara lain Syekh
Muhammad Arsyad Al Banjari
Berbeda dengan Muhammad Arsyad yang menjadi perintis pusat pendidikan Islam,
Muhammad Nafis mencemplungkan dirinya dalam usaha penyebar-luasan Islam di
wilayah pedalaman Kalimantan. Dia memerankan dirinya sebagai ulama sufi kelana
yang khas, keluar-masuk hutan me-nyebarkan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Dan oleh
karena itu beliau memainkan peranan penting dalam mengembangkan Islam di
Kalimantan.Islam masuk Kalimantan Selatan lebih belakangan
ketimbang misalnya, Sumatera Utara dan Aceh. Seperti diungkapkan Azra,
diperkirakan pada awal abad ke-16 sudah ada sejumlah muslim di sini, tetapi
Islam baru mencapai momentumnya setelah pasukan Kesultanan Demak datang ke
Banjarmasin untuk membantu Pangeran Samudra dalam perjuangannya melawan
kalangan elite di Kerajaan Daha. Setelah kemenangannya, Pangeran Samudra
beralih memeluk Islam pada sekitar tahun 936/1526, dan diangkat sebagai sultan
pertama di Kesultanan Banjar. Dia diberi gelar Sultan Suriansyah atau Surian
Allah oleh seorang da’i Arab. Dengan berdirinya Kesultanan Banjar, otomatis Islam dianggap
sebagai agama resmi negara.Namun demikian, kaum muslimin hanya merupakan kelompok minoritas di
kalangan penduduk. Para pemeluk Islam, umumnya hanya terbatas pada orang-orang
Melayu.
Islam hanya mampu masuk secara sangat perlahan di kalangan suku Dayak. Bahkan
di kalangan kaum Muslim Melayu, kepatuhan kepada ajaran Islam boleh dibilang
minim dan tidak lebih dari sekadar pengucapan dua kalimah syahadat.Di bawah para sultan yang turun-temurun hingga masa Muhammad Arsyad dan
Muhammad Nafis, tidak ada upaya yang serius dari kalangan istana untuk
menyebarluaskan Islam secara intensif di kalangan penduduk Kalimantan.Karena itu, tidak berlebih jika Muhammad Nafis dan terlebih Muhammad Arsyad
Al-Banjari merupakan tokoh penting dalam proses Islamisasi lebih lanjut di
Kalimantan. Dua orang ini pula yang memperkenalkan gagasan-gagasan keagamaan
baru di Kalimantan Selatan.
Pengembangan Islam di Kutai dilakukan oleh dua orang muslim dari makassar yang
bernama Tuan di Bandang dan Tuan Tunggang Parangan, dengan cepat islam
berkembang di Kutai, termasuk raja mahkota memeluk islam. Kemudian pengembangan
islam dilanjutkan ke daerah-daerah pedalaman pada pemerintahan Aji di Langgar.
Pada tahun 1550 M, di Sukadan (Kalimantan Barat) telah berdiri kerajaan islam.
Ini berarti jauh sebelum tahun itu rakyat telah memeluk agama islam, Adapun
yang meng-islamkan daerah Sukadana adalah orang Arab islam yang datang dari
Sriwijaya. Di Sukadana Sultan yang masuk islam adalah Panembahan Giri Kusuma
(1591) dan Sultan Hammad Saifuddin (1677).
Semoga bermanfaat gan. . .
Comment "Tau gak masuknya Islam ke Kalimantan gimana ??"
Post a Comment